Senin, 06 November 2017

Dibalik Istimewanya Sekaten


TERIAKAN SEKATEN:  
Kalian Tahu Namaku, Tapi Tidak Dengan Kisahku

Siapa sih yang tidak tahu sekaten? Bahkan anak Tk pun pasti tahu nama sekaten. Tahu juga dimana itu tempatnya. Awalnya sekaten adalah tradisi upacara masuknya Islam nusantara yang berkembang di Pulau Jawa ini. Sekaten adalah media dakwah yang sangat penting untuk menyebarkan ajaran Islam pada zaman dahulu. Ketika banyak orang-orang yang sangat meninggikan adat dan budaya. Lewat jalur inilah para pendahulu seperti Walisongo dalam melakukan dakwah penyebaran Islam.

Dahulu masyarakat percaya bahwa agama yang masuk sebelum Islam adalah agama Hindu dan Budha. Hal tersebut terbukti ketika kita mulai merunut kembali sejarah pada abad silam ketika agama atau kepercayaan mulai berkembang di Indonesia. Sampai sekarang masih dapat kita lihat bukti peninggalan sejarahnya berupa candi-candi diantaranya Candi Prambanan, Candi Borobudur, dsb.
Seperti yang kita tahu, Islam dahulunya datang dibawa oleh para pedagang melalui berbagai cara seperti perdagangan atau perkawinan. Mengenalkan Islam setelah Hindu dan Budha mungkin tidak mudah untuk para Walisongo, mereka memiliki siasat dan cara tersendiri untuk memperkenalkan Islam kepada masyarakat Indonesia yang masih kental dengan kepercayaan lamanya. Ditambah dengan keadaan masyarakat Jawa yang terkenal dengan sifatnya yang sangat sulit menerima ajaran baru apalagi yang sudah bertentangan dengan Adat Jawa.
Pernahkan kalian mendengar istilah Islam Abangan atau Islam Kejawen. Istilah itu sendiri diartikan sebagai tradisi tanpa meninggalkan pokok-pokok ajaran Islam itu sendiri. Seperti yang kita kenal di Jogja sampai saat ini yaitu Upacara Sekaten. Sekaten dilaksanakan guna memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Namun dewasa ini nilai sekaten yang awalnya merupakan salah satu jalan dakwah Islam mulai mengalami degradasi makna karena saat ini sekaten hanya dipandang sebagai suatu hiburan masyarakat. Kita bisa membuktikan dengan mencoba mewawancarai satu atau dua pengunjung sekaten. Misalnya “Sebenarnya apasih tujuan diadakanya sekaten ini?” Dirasa kita tahu bahwa pengunjung-pengunjung sekaten akan banyak yang tidak bisa menjawab mengenai hal itu. Sarat makna dan nilai Islami yang sebenarnya pada sekaten kini telah menghilang.
Sekaten sendiri memiliki makna dalam bahasa jawa yang berarti sekati yang artinya adalah setimbang. Tentunya diharapkan agar manusia bisa menimbang hal yang baik dan yang buruk. Sehingga ketika kita menyebut kata sekaten kita selalu diingatkan agar selalu berhati-hati dalam menimbang suatu hal. Istilah perayaan dengan nama sekaten memang sangat terkenal. Tapi terkenalnya itu hanyalah sebatas tahu namanya dan tahu itu tempatnya hiburan yang kini ada di bulan November ini. Namun untuk mengetahui makna yang terkandung didalamnya sangat awam diketahui oleh masyarakat bahkan masyarakat lokal sendiri yaitu masyarakat Jogja.
Tapi, disamping itu sekaten tetap menumbuhkan rasa bahagia tersendiri dihati masyarakat jogja terutama sekitar alun-alun kota Yogyakarta. Dari perayaan hari besar ini tidak sedikit dari masyarakat akan meraup nilai rupiah yang sangat menawan. Pedagang-pedagang kain awul-awul contohnya. Mereka mengakui sendiri adanya keuntungan yang sangat besar selama beberapa minggu saat diadakannya bulan sekaten ini.  Setidaknya nilai sekaten masih memiliki makna yang besar bagi warganya, yaitu menambah ekonomi masyarakatnya, menyenangkan hati masyarakatnya, dan selalu ditunggu-tunggu akan kehadirannya.

Sumber gambar: https://www.behance.net/gallery/12727339/Infographic-of-Sekaten-Culture-Yogyakarta-Indonesia
Penulis: Fentriyani

0 komentar:

Posting Komentar

 

fentriyani's blog Design by Insight © 2009