TERIAKAN
SEKATEN:
Kalian Tahu Namaku, Tapi Tidak Dengan Kisahku
Siapa sih yang
tidak tahu sekaten? Bahkan anak Tk pun pasti tahu nama sekaten. Tahu juga
dimana itu tempatnya. Awalnya sekaten adalah tradisi upacara masuknya Islam nusantara
yang berkembang di Pulau Jawa ini. Sekaten adalah media dakwah yang sangat
penting untuk menyebarkan ajaran Islam pada zaman dahulu. Ketika banyak
orang-orang yang sangat meninggikan adat dan budaya. Lewat jalur inilah para
pendahulu seperti Walisongo dalam melakukan dakwah penyebaran Islam.
Dahulu masyarakat percaya bahwa agama yang masuk sebelum
Islam adalah agama Hindu dan Budha. Hal tersebut terbukti ketika kita mulai
merunut kembali sejarah pada abad silam ketika agama atau kepercayaan mulai
berkembang di Indonesia. Sampai sekarang masih dapat kita lihat bukti
peninggalan sejarahnya berupa candi-candi diantaranya Candi Prambanan, Candi
Borobudur, dsb.
Seperti yang kita
tahu, Islam dahulunya datang dibawa oleh para pedagang melalui berbagai cara
seperti perdagangan atau perkawinan. Mengenalkan Islam setelah Hindu dan Budha
mungkin tidak mudah untuk para Walisongo, mereka memiliki siasat dan cara tersendiri
untuk memperkenalkan Islam kepada masyarakat Indonesia yang masih kental dengan
kepercayaan lamanya. Ditambah
dengan keadaan masyarakat Jawa yang terkenal dengan sifatnya yang sangat sulit menerima
ajaran baru apalagi yang sudah
bertentangan dengan Adat Jawa.
Pernahkan kalian
mendengar istilah Islam Abangan atau Islam Kejawen. Istilah itu sendiri
diartikan sebagai tradisi tanpa meninggalkan pokok-pokok ajaran Islam itu
sendiri. Seperti yang kita kenal di Jogja sampai saat ini yaitu Upacara
Sekaten. Sekaten dilaksanakan guna memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Namun
dewasa ini nilai sekaten yang awalnya merupakan salah satu jalan dakwah Islam
mulai mengalami degradasi makna karena saat ini sekaten hanya dipandang sebagai
suatu hiburan masyarakat. Kita
bisa membuktikan dengan mencoba mewawancarai satu atau dua pengunjung sekaten.
Misalnya “Sebenarnya apasih tujuan diadakanya sekaten ini?” Dirasa kita tahu
bahwa pengunjung-pengunjung sekaten akan banyak yang tidak bisa menjawab
mengenai hal itu. Sarat makna dan nilai Islami yang sebenarnya pada sekaten
kini telah menghilang.
Sekaten sendiri memiliki makna dalam bahasa jawa yang
berarti sekati yang artinya adalah setimbang. Tentunya diharapkan agar manusia
bisa menimbang hal yang baik dan yang buruk. Sehingga ketika kita menyebut kata
sekaten kita selalu diingatkan agar selalu berhati-hati dalam menimbang suatu
hal. Istilah perayaan dengan nama sekaten memang sangat terkenal. Tapi
terkenalnya itu hanyalah sebatas tahu namanya dan tahu itu tempatnya hiburan
yang kini ada di bulan
November ini. Namun untuk mengetahui makna yang terkandung didalamnya
sangat awam diketahui oleh masyarakat bahkan masyarakat lokal sendiri yaitu
masyarakat Jogja.
Tapi, disamping
itu sekaten tetap menumbuhkan rasa bahagia tersendiri dihati masyarakat jogja
terutama sekitar alun-alun kota Yogyakarta. Dari perayaan hari besar ini tidak
sedikit dari masyarakat akan meraup nilai rupiah yang sangat menawan.
Pedagang-pedagang kain awul-awul contohnya. Mereka mengakui sendiri adanya
keuntungan yang sangat besar selama beberapa minggu saat diadakannya bulan
sekaten ini. Setidaknya nilai sekaten
masih memiliki makna yang besar bagi warganya, yaitu menambah ekonomi
masyarakatnya, menyenangkan hati masyarakatnya, dan selalu ditunggu-tunggu akan
kehadirannya.
Penulis: Fentriyani